Untuk Pulihkan Rasa Percaya Diri, Lapas Banyuwangi Bekali Warga Binaan Perempuan Dengan Keterampilan Anyaman Kreatif.

BANYUWANGI – Mediainfopol.com

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Banyuwangi terus berinovasi dalam memberikan pembinaan bagi para penghuninya. Pada Sabtu (20/12), suasana di blok hunian perempuan tampak lebih dinamis dari biasanya. Puluhan Warga Binaan perempuan nampak antusias mengikuti pelatihan pembuatan tas anyaman kreatif.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber istimewa, yakni seorang guru TK yang juga merupakan praktisi sekaligus produsen tas anyaman berpengalaman. Keahlian instruktur yang terbiasa melayani pesanan pasar ini diharapkan dapat menularkan standar kualitas produk yang tinggi kepada para peserta. Minggu (21/12/2025)

Kepala Lapas Banyuwangi, I Wayan Nurasta Wibawa, melalui keterangannya menyampaikan bahwa pelatihan ini mengedepankan orientasi non profit yang tidak semata-mata mencari keuntungan finansial.

Fokus utama program ini adalah sebagai sarana untuk mengisi waktu dengan produktif sekaligus sebagai bentuk rehabilitasi mental bagi para Warga Binaan.

“Kami ingin para Warga Binaan menemukan kembali rasa percaya diri mereka. Melalui karya nyata seperti tas anyaman ini, mereka bisa melihat bahwa mereka memiliki potensi besar yang bermanfaat bagi masyarakat,” ungkapnya.

Dalam pelatihan tersebut, para peserta diajarkan teknik pembuatan berbagai varian produk yang sedang tren di masyarakat. Mulai dari tas ukuran mini dan kecil untuk kebutuhan fashion, tas khusus keperluan sosial seperti pengajian dan hajatan, hingga tas souvenir untuk kado dan acara aqiqah.

Wayan menambahkan, selain memberikan keterampilan teknis (hard skill) sebagai bekal kemandirian ekonomi saat bebas nantinya, kegiatan ini terbukti membawa dampak psikologis yang positif.

“Diharapkan melalui kegiatan ini pola pikir Warga Binaan perlahan berubah menjadi lebih inovatif dan kreatif, sehingga tercipta lingkungan hunian yang lebih harmonis dan penuh semangat melalui aktivitas seni,” harapnya.

Pelatihan ini menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan ruang di dalam Lapas bukan merupakan penghalang untuk tetap berkarya. Dengan tangan dingin dan semangat yang terjaga, para srikandi Lapas Banyuwangi ini kini mampu mengubah tali anyaman menjadi produk bernilai jual, sekaligus menenun kembali harapan untuk masa depan yang lebih baik.

 

 

 

(Siswanto)