Jepara-Jateng,Mediainfopol.com
Polres Jepara,Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Jepara AKBP Erick Budi Santoso menyatakan apresiasi, penghargaan dan terima kasihnya atas kinerja seluruh anggota dalam rangkaian kegiatan pengamanan ‘Pesta Lomban’ di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, yang berlangsung lancar dan kondusif.
Pesta lomban sendiri menjadi satu kegiatan yang selalu dinanti oleh masyarakat Jepara ketika bulan Syawal tiba atau disebut Bodo Kupat.
Pesta lomban diselenggarakan setiap satu minggu setelah hari raya Idulfitri di setiap tahunnya oleh Pemerintah Kabupaten Jepara.
Puncak acara pesta lomban ditandai dengan pelarungan kepala kerbau ke laut beserta sesaji yang berlangsung di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujungbatu di Kelurahan Jobo Kuto, Kecamatan Kota, Kabupaten Jepara.
Kemudian, para peserta pesta lomban dengan kapal-kapal nelayan memperebutkan sesaji kepala kerbau ini.
Menurut kepercayaan masyarakat Jepara, siapa saja yang mendapatkan sesaji kepala kerbau akan mendapatkan rejeki yang berlimpah ruah.
Tradisi ini merupakan bentuk ucapan syukur nelayan-nelayan di Kabupaten Jepara serta diyakini untuk penolak bala.
Secara keseluruhan rangkaian kegiatan pengamanan pesta lomban tahun 2025 ini berjalan dengan baik, tertib dan kondusif. Hal itu tidak terlepas dari kesiapan dan kesigapan ratusan aparat gabungan Polres Jepara.
“Hal ini tidak terlepas dari kesiapan dan kesigapan 513 personel gabungan yang terdiri TNI-Polri, Dishub, Satpol PP, BPBD, Basarnas dan stakeholder lainnya,” ujar Kapolres Jepara AKBP Erick saat ditemui usai kegiatan pesta lomban di Pantai Kartini Jepara, Senin (7/4/2025).
Abituren Akpol 2004 ini juga berterima kasih kepada seluruh personel gabungan yang terlibat di dalam pengamanan ini.
Mulai dari rangkaian kegiatan pengamanan penyembelihan hewan Kerbau, ziarah makam leluhur, pertunjukan wayang TPI Ujung Batu hingga pelarungan kepala kerbau ke laut.
“Terimakasih kepada seluruh personel yang terlibat dalam pengamanan, mulai dari penyembelihan hewan Kerbau, ziarah makam leluhur, pertunjukan wayang TPI Ujungbatu hingga pelarungan kepala kerbau ke laut,” ucapnya.h
Sementara itu, Bupati Jepara Witiarso Utomo mengatakan, bahwa larung kepala kerbau bukan sekadar prosesi budaya, larungan kepala kerbau, namun juga wujud syukur masyarakat nelayan Jepara kepada Tuhan atas hasil laut yang telah menjadi sumber penghidupan mereka.
Tradisi ini telah tercatat sejak tahun 1868 dalam jurnal Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië, serta muncul dalam surat kabar Slompret Melajoe edisi Agustus 1893.
Dari masa ke masa, tradisi ini terus dilestarikan, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Kabupaten Jepara.
“Larungan ini bukan sekadar simbol, tapi juga filosofi maritim masyarakat Jepara,” jelas Mas Wiwit, sapaan bupati.
“Laut adalah sahabat. Ia bukan untuk ditakuti, tetapi dihormati dan dijaga. Inilah bentuk sedekah laut, bentuk silaturahmi, dan wujud nyata rasa syukur kami,” sambungnya.
Mas Wiwit juga menambahkan, bahwa tradisi ini memiliki potensi besar dalam menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Ia berencana mengemas kegiatan larungan tahun depan dengan lebih meriah, melibatkan lebih banyak pelaku budaya dan pelaku pariwisata.
“Jepara, dengan lautnya yang kaya dan budayanya yang kuat, kembali membuktikan bahwa warisan leluhur bukan hanya untuk dikenang, tetapi juga untuk dirayakan bersama,” tuturnya.
Di tengah arus modernisasi, menurut dia, lomban adalah pengingat bahwa identitas dan rasa syukur adalah dua hal yang tak boleh hilang dari jati diri bangsa.
Sebagai informasi, rombongan Bupati Jepara Witiarso Utomo, Kapolres Jepara AKBP Erick Budi Santoso dan berbagai elemen lain yang hadir dalam kegiatan ini membawa sesaji kapal larung berisikan kepala kerbau dibawa berlayar dari TPI Ujungbatu sampai ditengah laut Jepara.
Saat perjalanan pun rombongan Bupati Jepara diikuti ratusan kapal nelayan yang dinaiki masyarakat ingin merebutkan larungan yang akan diceburkan oleh Bupati Jepara.
Sesampai tengah laut Jepara pun kapal pembawa kepala kerbau langsung dilarungkan, setelah itu kapal larung direbutkan oleh warga masyarakat yang langsung menceburkan kelaut.
Terlihat nampak ribuan masyarakat antusias merebutkan kepala kerbau yang berada dikapal larung.
Kemudian, setelah pelarungan, acara dilanjutkan dengan Festival Kupat Lepet atau yang dikenal dengan sebutan Perang Kupat Lepet.
Dua gunungan besar berisi lebih dari 4.000 kupat lepet disiapkan untuk diperebutkan oleh masyarakat.
Saat aba-aba diserukan, warga langsung menyerbu gunungan tersebut dan saling berebut kupat lepet yang dipercaya membawa keberkahan dan kemakmuran.
(Qurrotun)