Rejang Lebong//Mediainfpol.Com/ Fenomena pelajar yang duduk di atas atap angkutan kota (angkot) saat berangkat ke sekolah kini menjadi pemandangan yang lumrah di wilayah Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Setiap pagi, puluhan siswa dan siswi dari jenjang sekolah menengah pertama (SMP) terlihat menumpang angkot dengan cara ekstrem dan berisiko tinggi duduk di atas atap kendaraan.
Tradisi berbahaya ini tidak lagi terbatas pada siswa laki-laki, namun juga melibatkan siswi perempuan. Bahkan, dalam banyak kasus, para pelajar tetap memilih naik di atas atap meskipun bagian dalam angkot masih kosong.
Fenomena ini telah menimbulkan keprihatinan mendalam di tengah masyarakat. Salah seorang warga yang tinggal tak jauh dari salah satu sekolah mengatakan bahwa kebiasaan ini sudah berlangsung cukup lama dan makin sulit dicegah.
Inilah anak zaman sekarang. Padahal di dalam mobil masih kosong, tapi mereka tetap naik ke atas. Kalau mobil berhenti mendadak bisa jatuh, dan itu berbahaya. Seharusnya supir melarang. Kalau ada yang jatuh, sopir juga yang repot. Tapi mereka itu seperti tak mau dinasihati,” ujarnya kepada InfoPol, seraya meminta namanya tidak dipublikasikan.
Beberapa pelajar yang sempat ditemui mengaku bahwa naik di atas angkot dianggap “keren” dan menjadi bagian dari gaya hidup anak muda saat ini. Ada juga yang beralasan bahwa mereka melakukannya karena ikut-ikutan teman atau untuk menghindari rasa gerah di dalam kendaraan.
Kepala SMP Negeri di wilayah tersebut saat dikonfirmasi menyatakan keprihatinannya atas fenomena ini. Pihak sekolah mengaku telah berulang kali memberikan imbauan melalui guru, wali kelas, dan komite sekolah agar siswa tidak melakukan tindakan berbahaya tersebut. Namun, pengawasan di luar jam sekolah menjadi kendala tersendiri.
Kami sudah mengingatkan, bahkan bekerja sama dengan orang tua dan sopir angkot. Tapi memang perlu keterlibatan lebih luas, termasuk dari pihak kepolisian dan dinas perhubungan. Ini soal keselamatan nyawa anak-anak kita,” ujar salah satu guru BK (Bimbingan Konseling).
Menurut pihak kepolisian sektor (Polsek) Padang Ulak Tanding, tindakan naik di atas atap kendaraan merupakan pelanggaran hukum dan sangat membahayakan. Pihak kepolisian mengaku akan meningkatkan patroli dan koordinasi dengan sopir angkot untuk menertibkan kebiasaan ini.
Kami akan tindak tegas jika ditemukan pengemudi yang membiarkan anak-anak naik ke atap. Ini soal keselamatan bersama. Edukasi dan penertiban harus berjalan seiring,” tegas salah satu petugas Polsek saat diwawancarai.
Fenomena ini mencerminkan lebih dari sekadar kenakalan remaja. Pengamat pendidikan dan sosial menyebut bahwa ada faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan, seperti minimnya ruang ekspresi yang sehat bagi remaja, kurangnya kegiatan ekstrakurikuler yang menarik, hingga lemahnya keteladanan dari lingkungan.
Pemerintah daerah Kabupaten Rejang Lebong diharapkan segera turun tangan melalui program-program edukatif, seperti kampanye keselamatan transportasi sekolah, pemberdayaan peran orang tua, serta pelibatan tokoh masyarakat untuk menyampaikan pesan keselamatan dengan pendekatan yang lebih diterima oleh remaja.
Fenomena “rela mati asal koboi” di kalangan pelajar bukan hanya masalah disiplin, tetapi juga soal budaya, pengawasan, dan tanggung jawab bersama. Anak-anak yang nekat naik atap angkot adalah cerminan dari kebutuhan perhatian dan bimbingan. Sebelum jatuh korban, sudah seharusnya semua pihak bertindak lebih serius.
(M.Harus ak)