Banyuwangi, mediainfopol.com
Tak heran bila kegiatan Ritual Adat Kebo – Keboan Desa Alasmalang Kecamatan Singojuruh. Dalam setiap pagelarannya menyedot perhatian ribuan pengunjung baik dari dalam maupun luar wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Seperti yang terlihat hari ini Minggu 21 Juli 2024, sekira kurang lebih 10 ribu pengunjung tumplek hanya ingin menyaksikan prosesi Ritual Adat Kebo – Keboan,bahkan turis asing pun ada yang rela hadir menyaksikan ritual kebo-keboan meski harus belepotan .,namun dengan begitu,sebut saj Tasya WNA dari Australia merasa sangat senang dan bangga sekali bisa menyaksikan ritual kebo-keboan ini secara langsung,yang mana ini adalah salah satu adat dan destinasi budaya bangsa Indonesia ujarnya saat di wawancarai awak media di lokasi adat.
Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Desa Alasmalang H. Abdul Munir. Bahwa ritual adat Kebo – Keboan diadakan sebagai wujud syukur atas nikmat Allah Swt berupa alam dan se isinya. Secara turun temurun dipercaya bahwa ritual adat Kebo – Keboan digagas oleh para sesepuh Alasmalang yang kononnya saat itu ada masa paceklik, gagal panen, dan wabah penyakit.
Pengamatan media, adat Kebo – Keboan Alasmalang Runut Ritualnya selain sakral kental nilai budayanya. Tak ayal bila sejak dulu secara turun – temurun kegiatan adat tradisi Kebo – Keboan Alasmalang digelar. Masyarakat dari segala penjuru di bumi Belambangan, tidak mau ketinggalan hadir pada moment adat Kebo – Keboan yang gong acaranya di bulan Muharam (Syuro) itu.
Sebagai wujud sukur akan semua nikmat yang diterimanya dari sang Kholiq (Allah Swt), sehari sebelumnya. Diadakan kegiatan doa bersama dan selamatan tasyakuran, yang mana masyarakat khususnya Dusun Krajan Desa Alasmalang. Bersedekah suguhkan ratusan Tumpeng dengan ragam menu.
Menarik untuk ditonton, pada hari H pelaksanaan Ritual Adat Kebo – Keboan, setelah ritual khusus oleh sesepuh adat bernama Mbah Ribut dilakukan. Masyarakat dengan mengenakan pakaian petani, lakukan kegiatan “Ider Bumi” mengiring tandu yang yang ditumpangi oleh sosok yang diilustrasikan sebagai perwujudan Dewi Padi yaitu “Dewi Sri”. Sebagai simbol kerja keras dan ihktiar para petani Alasmalang, ada sekira puluhan warga. Tampil sebagai ilustrasi perwujudan hewan Kerbau yang kemudian jadi icon sebutan nama kegiatan adat dengan sebutan “Kebo – Keboan”.
Iring-iringan simbol “Dewi Sri”, petani, dan Kebo – Keboan keliling atau ider bumi ke 4 arah penjuru mata angin Barat, Utara, Timur, dan Selatan. Setelah tuntas ritual ider bumi, rombongan Dewi Sri, petani dan Kebo – Keboan kembali ke titik lokasi pusat prosesi ritual di perempatan Dusun. Masyarakat petani dan puluhan Kerbau – Kerbauan (Kebo – Keboan) diam sejenak seolah berharap berkah dari “Dewi Sri” yang digambarkan sebagai perwujudan sang Dewi Padi itu.
Pengunjung seolah terbawa suasana kesakralan ritual adat Kebo – Keboan sejenak hening. Ketika sosok perwujudan “Dewi Sri” turun dari tandu hampiri para Kerbau (Kebo – Keboan) dan pegangi kepalanya satu per satu sebagai simbol pemberian berkah. Setelah itu petani pun melakukan aktifitas bajak sawah yang menggambarkan pembuatan tempat tabur benih padi. Usai petani taburkan benih padi, masyarakat atau petani yang lain tanpa ada komando berhamburan berebut benih padi yang diyakini sudah diberkati dengan ritual doa-doa itu.
Bumbuhi kemeriahan ritual Adat Kebo – Keboan Alasmalang, panitia suguhkan isntrumen seni daerah khas Banyuwangi. Tarian Sekar Tanjung ditampilkan yang kurang lebihnya menceritakan jerih payah petani sedang dalam gangguan oleh suatu keadaan. Yang kemudian diselamatkan oleh Kerbau-Kerbau (Kebo – Keboan) mengamuk dan mengusirnya sebagai simbol penyelamatan.
(sis kbiromip)