Mediainfopol.com Kutai Timur

Sangatta, 4 Juni 2024. Persaingan menuju kursi Bupati Kutai Timur (Kutim) semakin menarik. Setelah Kasmidi Bulang mengumpulkan dukungan dari enam Partai Parlemen, kini pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati, Ardiansyah Sulaiman dan Mahyunadi, tampil dengan strategi berbeda. Mahyunadi berhasil menyatukan tujuh partai non-parlemen, memperlihatkan bahwa peta politik di Kutim sedang dalam pergeseran dinamis.

Sebelumnya, Kasmidi Bulang memperkuat posisinya dengan dukungan dari partai-partai besar yang sudah memiliki kursi di parlemen seperti Golkar, Nasdem, Gerindra, PAN, Gelora, dan PDI Perjuangan. Langkah ini tentu saja mencuri perhatian dan menunjukkan kekuatan politik yang solid.

Dalam maju pertarungan yang sudah di usung oleh Partai PKS dan Partai Pelindo. Namun, Mahyunadi, yang maju sebagai bakal calon Wakil Bupati, tak mau ketinggalan. Dalam gerakan politik yang signifikan, ia menggalang dukungan dari tujuh partai non-parlemen: Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Partai Ummat, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Buruh, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan Partai Garuda. Langkah ini tidak hanya memperlihatkan kecerdasan politik Mahyunadi dalam mencari dukungan, tetapi juga memperluas basis dukungan politik di luar partai-partai yang sudah mapan di parlemen.

Dalam pertemuan yang diadakan untuk meresmikan dukungan ini, Mahyunadi menekankan pentingnya membangun jaringan yang luas dan inklusif. “Kami sangat menghargai kepercayaan dan dukungan dari partai-partai ini. Silaturahmi ini bukan hanya soal politik, tetapi juga tentang membangun kerjasama untuk masa depan Kutim yang lebih baik,” ungkapnya dengan penuh semangat.

Dukungan dari partai-partai non-parlemen ini, meskipun tidak memiliki kursi di DPRD, memiliki nilai strategis. Mereka mewakili suara-suara baru dan berbagai kepentingan yang bisa memperkaya dinamika politik di Kutim. Mahyunadi melihat ini sebagai peluang untuk menjangkau pemilih yang mungkin merasa kurang terwakili oleh partai-partai besar.

“Kerjasama ini adalah wujud dari komitmen kami untuk memperjuangkan kepentingan rakyat Kutim dari berbagai lapisan,” tambah Mahyunadi, yang bertekad menjadikan Kutim sebagai wilayah yang lebih inklusif dan berdaya saing.

Dengan langkah ini, persaingan antara Kasmidi dan Mahyunadi-Ardiansyah semakin memanas. Peta dukungan yang sebelumnya terlihat didominasi oleh partai-partai besar kini diimbangi dengan kehadiran partai-partai non-parlemen yang siap memberikan kontribusi signifikan.

Ini adalah cerminan dari demokrasi yang sehat, di mana berbagai suara dan aspirasi dapat menemukan tempatnya. Bagaimana hasil akhir dari pertarungan ini? Hanya waktu yang akan menentukan, tetapi yang pasti, Pilkada Kutim kali ini akan menjadi ajang yang menarik untuk disimak.

Dukungan dari kedua kubu menunjukkan betapa pentingnya setiap elemen dalam demokrasi. Apakah langkah Mahyunadi dengan menyatukan partai-partai non-parlemen ini akan memberikan efek kejut yang dibutuhkan untuk mengungguli Kasmidi? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.

( Inv BW/nano )