Aceh Timur, mediainfopol. Com
01 Februari 2024
Prasasti bertandatangan Gubernur Aceh dr. H Zaini Abdullah itu masih ada menghiasasi salah satu sudut bangunan RSUD dr. Zubir Mahmud di Kabupaten Aceh Timur. Di atasnya tergantung foto hitam putih dr Zubir Mahmud sebagai bentuk penghormatan. Batu prasasti itu menandakan peresmian rumah sakit tersebut pada 23 November 2015, sekaligus saksi bisu sejarah perkembangan industri minyak dan gas (migas) di “tanah rencong”.
Di sana dituliskan bahwa RSUD dr. Zubir Mahmud dibangun sebagai bagian dari program pengembangan masyarakat dalam rangka pembangunan Lapangan Gas Blok A oleh Medco Energi, Kris Energy, dan JAPEX. Sejarah ini mungkin belum banyak yang mengetahuinya, atau bisa jadi mulai terlupakan.
Direktur RSUD dr Zubir Mahmud, dr Edy Gunawan MARS pada pertengahan Januari 2024 mengatakan, keberadaan tempat tersebut memudahkan warga Aceh Timur untuk mendapatkan layanan kesehatan. Kondisi Aceh Timur pada jaman pascaperdamaian Aceh jauh berbeda dengan sekarang, sebab saat itu rumah sakit yang ada hanyalah sebuah Puskesmas.
“Awalnya rumah sakit ini adalah sebuah Puskesmas. Masyarakat Aceh Timur waktu itu untuk melakukan berbagai tindakan medis harus ke RSUD Kota Langsa dengan jarak tempuh 2 jam karena tidak adanya rumah sakit di Aceh Timur,” kata Edy Gunawan.
Gagasan mendirikan RSUD waktu itu disebabkan oleh pemekaran dari Kota Langsa, yang pada awalnya sebagai pusat Ibu Kota Kabupaten Aceh Timur, kemudian berubah status menjadi kota administratif sendiri. Alhasil, Langsa jadi kota administratif, sedangkan Ibu Kota Kabupaten Aceh Timur dipindahkan ke Idi Rayeuk.
Azmanuddin yang saat itu menjabat Bupati Aceh Timur menilai, sudah saatnya Aceh Timur memiliki RSUD sendiri, apalagi dengan adanya pemekaran daerah tersebut sehingga Langsa menjadi kota administratif sendiri pada 2001. RSUD Idi yang berupa Puskesmas awalnya berlokasi di Desa Tanoh Ano, Kecamatan Idi Rayeuk. Seiring berjalannya waktu, pada 10 Desember 2014 RSUD Idi diubah namanya menjadi RSUD dr. Zubir Mahmud, untuk menghormati tokoh pergerakan Aceh merdeka tersebut.
Keinginan pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, disanggupi oleh PT Medco E&P Malaka bersama mitra kerjanya Kris Energy dan JAPEX untuk membangun RSUD di Aceh Timur. Ketiganya merupakan perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang mendapat izin dari pemerintah Indonesia untuk mengelola lapangan gas Blok A di Aceh Timur pada 2006.
Dengan persetujuan SKK Migas, ketiganya membangun rumah sakit senilai Rp75 miliar di lokasi baru di tepi Jalan Negara Medan – Banda Aceh, tepatnya di Desa Seunebok Barat, Kecamatan Idi Timur, yang lebih mudah diakses oleh masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
RSUD itu kini berdiri di atas lahan seluas 10.000 meter persegi dengan kapasitas 109 tempat tidur, empat ruang operasi, unit gawat darurat, poliklinik, unit hemodialisis, serta gedung penunjang lainnya. Bisa dikatakan bahwa RSUD dr Zubir Mahmud awalnya dibangun berkat keberadaan perusahaan migas di Aceh Timur, untuk selanjutnya dikelola oleh pemerintah daerah dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.
Meski pada perkembangannya JAPEX dan Kris Energy tidak lagi beroperasi di Aceh Timur, namun Medco tetap membantu perkembangan RSUD tersebut. Saat Indonesia dilanda pandemi COVID-19, PT Medco E&P Malaka menghibahkan fasilitas alat uji PCR dan alat pelindung diri kepada RSUD dr. Zubir Mahmud.
Sebagai rumah sakit pusat rujukan di Kabupaten Aceh Timur, RSUD dr Zubir Mahmud memiliki gedung termewah di pantai timur Aceh dan terus berusaha mengembangkan diri menjadi rumah sakit bertaraf nasional sesuai dengan standar RS Klas B agar mampu menangani permasalahan kesehatan dengan lebih baik.
“RSUD dr. Zubir Mahmud saat ini juga sudah didukung oleh tenaga medis yang berkualitas serta tersedianya peralatan yang canggih dengan penanganan medis yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran,” kata Edy Gunawan.
Tersedianya peralatan yang cukup memadai di RSUD tersebut memberikan manfaat untuk masyarakat Aceh Timur, salah satunya Nurhayati yang menderita penyakit gagal ginjal. Sebelumnya, ia harus ke RS Langsa untuk melakukan cuci darah, tetapi kini sangat terbantu sejak RSUD dr. Zubir Mahmud memiliki unit hemodialisis pada Mei 2018.
“Karena sudah ada di rumah sakit kita sendiri jadinya saya tidak perlu lagi jauh-jauh, sudah lebih dekat dan lebih hemat. Dulu saya harus menempuh perjalanan antara 80 hingga 95 kilometer ke rumah sakit lain untuk mendapatkan bantuan cuci darah setiap pekannya,” kata Nurhayati.
Zainal Abidin pjt